🌙

Ketika Dana Desa Jadi Dana Tak Terduga, Pak Kades Adalah Bintangnya

Dulu, kita percaya kalau duit dari langit itu cuma ada di dongeng. Tapi, di era otonomi daerah ini, ternyata ada juga duit dari pusat yang mendarat mulus di desa-desa. Namanya Dana Desa. Jumlahnya bukan main-main, miliaran per tahun. Tentu saja, kehadiran uang sebanyak itu di tangan orang-orang yang belum terbiasa mengelola dana besar, bisa jadi mukjizat sekaligus musibah.

Seperti kisah horor yang baru-baru ini terjadi di Magelang, tepatnya di Desa Sukomulyo. Seorang Kepala Desa berinisial AR, yang seharusnya mengelola anggaran untuk kemakmuran warganya, justru dituding memutar uang itu di luar skema. Angka yang bikin melongo: Rp 727 juta.

Kalau kata lagu, "uang takkan dusta." Duit Rp 727 juta itu bukan cuma sekadar angka. Itu adalah impian. Bisa buat buka kafe dua biji, beli mobil bekas yang lumayan, atau buat modal kawin lagi (bagi yang berani). Tapi oleh pak Kades, duit itu disulap jadi proyek-proyek fiktif. Proyek yang tidak ada wujudnya, tapi anggarannya ada. Persis seperti gebetan yang cuma ada di chat tapi pas diajak ketemu menghilang.

kepala desa sukomulyo magelang korupsi

Tentu saja, sang Kades Ahmat Riyadi membela diri. Melalui kuasa hukumnya, dia merasa sudah mengembalikan sebagian. Tapi ya, namanya juga audit, tentu saja tidak segampang itu. Mengembalikan sebagian dana korupsi itu sama seperti menambal tangki bensin yang bocor pakai permen karet. Bikin tenang sebentar, tapi akhirnya bocor lagi.

Kasus ini sekali lagi membuktikan bahwa godaan paling besar itu bukan datang dari setan, tapi dari lembaran rupiah yang melimpah. Dana desa yang seharusnya jadi alat pembangunan, malah jadi ajang uji nyali. Siapa yang paling berani ngutak-ngatik, dia yang paling cuan. Dan pada akhirnya, yang jadi korban bukan cuma negara, tapi juga kita, warga desa yang cuma bisa gigit jari melihat jalanan yang katanya sudah diaspal tapi nyatanya masih berlumpur.

Jadi, kalau ada yang bilang pembangunan desa itu lancar jaya, coba tanyakan pada pak Kades di Magelang. Barangkali dia punya cerita yang lebih jujur, meski harus dibayar dengan seragam baru berwarna oranye.

Label:

Komentar [0]
Tulisan sebelumnya: