Ketika Manchester United Berpindah Kandang ke Magelang
Dunia ini memang penuh kejutan. Ketika kita sibuk memikirkan harga sembako yang tak kunjung turun, ada saja orang yang memikirkan hal-hal yang melampaui nalar. Seperti di Desa Kleteran, Magelang, di mana seorang Kepala Dusun bernama Pak Tri memutuskan untuk membuat sejarah: menyulap desanya menjadi teater impian, bukan dengan panggung seni, tapi dengan logo klub sepak bola!
Bukan sembarang klub, Bung. Yang dipilih adalah Manchester United. Ya, klub legendaris dari Inggris itu, lengkap dengan siluet setan merah, perahu, dan tulisan "Desa Kleteran". Sebuah perpaduan yang tak pernah terpikirkan oleh Sir Alex Ferguson sekalipun.
Dalam sebuah wawancara (yang barangkali Pak Tri sendiri juga bingung kenapa jadi viral), beliau menjelaskan alasannya. Bukan karena desanya mau go-international, bukan pula karena warga Desa Kleteran punya hobi bermain bola. Alasan utamanya adalah... kesetiaan. Katanya, logo MU itu simbol kesetiaan untuk melayani masyarakat. Sebuah penafsiran yang begitu mendalam, sehingga membuat para pakar semantik pun mungkin kebingungan.
Pak Tri seolah ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa loyalitas itu tidak mengenal batas, bahkan batas geografis. Ketika para suporter di Inggris rela begadang demi menyaksikan tim kesayangan mereka kalah, Pak Tri rela mengaplikasikan logo kekalahan itu di kantornya sendiri. Sebuah keberanian yang patut diacungi jempol. Apalagi ia mengaku sering jadi bahan *bully*-an oleh teman-temannya dari dinas lain. "Kalahan kok dipasang," begitu ejek mereka. Pak Tri hanya tersenyum. Sebuah senyum pahit seorang pemimpin, sekaligus senyum bangga seorang fans fanatik.
Seni kepemimpinan di era modern memang butuh terobosan. Kalau dulu pemimpin harus membangun jembatan atau memperbaiki jalan, kini cukup pasang logo klub bola. Dan nyatanya, cara ini berhasil. Warga dan pengunjung jadi penasaran, berdatangan, dan bahkan berfoto-foto. Tak peduli timnya kalah, yang penting viral. Dan pada akhirnya, mungkin inilah makna sejati dari "melayani masyarakat": membuat mereka senang, terlepas dari fakta bahwa yang mereka lihat hanyalah papan nama desa yang ironis.
Label: Lainnya