Kejadian Horor di Tengah Ramadhan: Bukber yang Tak Pernah Sesuai Rencana
Bulan puasa itu adalah bulan penuh berkah. Malamnya penuh tarawih, siangnya penuh sabar, dan sorenya penuh janji-janji manis. Puncak dari janji manis itu apalagi kalau bukan bukber alias buka bersama. Ritual tahunan yang katanya penuh silaturahmi, padahal lebih mirip ajang pembuktian diri dan drama kolosal.
Mari kita ulas drama horor ini.
Tahap pertama, wacana. Sekitar seminggu sebelum Ramadhan, grup WhatsApp angkatan SMP yang sudah jadi kuburan mendadak hidup kembali. Sebuah pesan singkat muncul, "Ramadhan ini bukber yuk! Kangen-kangenan!" Pesan itu disambut meriah. Semua setuju, semua heboh, semua merasa ini ide terbaik sepanjang masa. Padahal, 9 dari 10 orang yang menjawab itu sebenarnya cuma basa-basi. Tepat seperti janji mantan yang bilang mau berubah.
Tahap kedua, perencanaan. Ini adalah fase paling menegangkan. Ada yang usul di kafe kekinian di tengah kota, ada yang mau di restoran Padang langganan, ada pula yang beride di rumah teman yang jauhnya sama seperti jarak dari bumi ke bulan. Tiga hari penuh perdebatan, voting, dan akhirnya keputusan bersama tak pernah tercapai. Akhirnya, ada satu orang yang memutuskan sendiri. "Udah deh, di tempat A aja ya! Fixed!" Dan semua cuma bisa pasrah. Tentu saja, tanpa mengucap kata 'amin'.
Tahap ketiga, hari-H. Inilah klimaksnya. Semua sudah siap. Waktu yang disepakati adalah jam 5 sore. Tapi, pada kenyataannya, di jam 5 sore itu baru ada satu atau dua orang yang datang. Sisanya? Masih ada yang "otw", "baru siap-siap", "kena macet", atau yang paling parah, "gue ketiduran." Pukul setengah tujuh, ketika azan Magrib sudah berkumandang, baru setengah dari peserta yang hadir. Sisanya lagi-lagi cuma mengabarkan, "Maaf, guys. Ada urusan mendadak."
Akhirnya, buka bersama yang diidam-idamkan itu terjadi dengan formasi yang tidak lengkap, percakapan yang lebih banyak membahas orang yang tidak hadir, dan foto yang seadanya. Silaturahmi yang katanya indah, ternyata hanya sebatas unggahan di media sosial dengan caption "Bukber angkatan '12, minus yang lain."
Pada akhirnya, bukber hanyalah pengingat bahwa tidak semua hal yang direncanakan di grup WhatsApp akan berjalan sesuai keinginan. Bukber adalah ujian kesabaran yang sesungguhnya. Kalau Anda bisa melewati drama ini tanpa merasa kesal, berarti Anda sudah lulus jadi manusia pemaaf. Kalau tidak, setidaknya Anda punya bahan cerita horor untuk Lebaran nanti.
Label: Lainnya