🌙

Hobi Mahal, Dompet Terancam, dan Kebahagiaan yang Hanya Ilusi

Dulu, hidup itu simpel. Bahagia itu gampang. Cukup punya celana baru buat Lebaran, bisa main kelereng sampai tangan kotor, atau nonton kartun di Minggu pagi. Tapi sekarang, definisi "bahagia" itu naik kasta, bahkan bisa dibilang sudah jadi oligarki.

Tanyakan saja pada teman-teman Anda yang terjerumus dalam dunia "hobi mahal".

Ada yang tiba-tiba mengoleksi sepeda seharga motor matic, lengkap dengan aksesori karbon dan jersey ketat layaknya atlet profesional. Padahal, rutenya cuma dari kompleks rumah ke warung kopi depan. Ada lagi yang mendadak jadi penggemar kopi, rela merogoh kocek jutaan rupiah demi alat seduh premium dan biji kopi langka dari pedalaman Peru. Sementara di rumah, ibunya masih pakai teko aluminium untuk bikin kopi saset.

Mereka bilang, "Ini bukan hobi, ini investasi." Oh, tentu saja. Investasi untuk apa? Untuk membuat dompet Anda kering kerontang dan berujung pada investasi utang. Mereka juga sering bilang, "Ini untuk self-healing." Maaf-maaf saja, kalau self-healing itu butuh modal sebanyak itu, mungkin yang sakit bukan jiwanya, tapi mental keuangan.

Ironisnya, di balik semua pengeluaran yang dramatis itu, kebahagiaan yang mereka dapatkan seringkali cuma sekejap. Setelah sepeda baru itu datang, atau setelah alat seduh kopi itu terpakai, euforia itu langsung menguap. Yang tersisa hanyalah rasa cemas akan pengeluaran berikutnya, atau rasa hampa karena ternyata hidup tidak lantas menjadi lebih baik hanya dengan memiliki barang-barang itu.

Mungkin, di tengah gempuran flexing dan tuntutan hidup yang harus selalu "wah", kita lupa bahwa kebahagiaan itu ada di hal-hal yang tidak bisa dibeli. Bahagia itu ketika bisa tidur nyenyak tanpa memikirkan cicilan. Bahagia itu ketika bisa tertawa lepas bersama teman tanpa harus berpura-pura menjadi seseorang yang sempurna.

Jadi, sebelum Anda terjerumus lebih dalam ke dalam lubang hitam hobi mahal, coba renungkan. Apakah kebahagiaan yang Anda cari itu benar-benar ada di sana? Atau, jangan-jangan, kebahagiaan sejati itu sudah Anda miliki, tapi terhalang oleh tumpukan kardus barang-barang baru yang tidak Anda butuhkan.

Label:

Komentar [0]
Tulisan sebelumnya: